Technical Notes: An Incubation System Allowing Multiple Dissolved Oxygen and Temperature Combinations for Salmonid Emergence Studies

1992 ◽  
Vol 54 (4) ◽  
pp. 259-263 ◽  
Author(s):  
William J. Miller
Author(s):  
S.I. Erke ◽  
◽  
M.Yu. Kostina ◽  
M.Yu. Bondar ◽  
M.Yu. Shuster ◽  
...  

2018 ◽  
Vol 2 ◽  
pp. 105
Author(s):  
Rendra Pranata

<p>Ekosistem pesisir Kabupaten Pangandaran memiliki biodiversitas yang cukup tinggi, namun pasca-tsunami tahun 2006 terjadi penurunan kerapatan ekosistem mangrove akibat rusaknya daerah pesisir dan wilayah permukiman sepanjang 28 km. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi habitat bentik di kawasan intertidal seperti mangrove dan makrozoobentos, serta mengukur parameter kualitas air. Metode yang digunakan yaitu interpretasi citra Landsat 7 tahun 2017 dengan melakukan <em>masking</em> dan <em>supervised classification</em> untuk mengetahui daerah tutupan mangrove di Bulak Setra dan Batu Karas, kemudian dilakukan identifikasi mangrove dengan transek kuadran 10x10 meter sepanjang 50 meter ke arah laut pada 7 plot di Bulak Setra dan 14 plot di Batu Karas untuk validasi data citra satelit. Selain itu juga dilakukan pengukuran parameter kualitas air serta identifikasi makrozoobentos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mangrove di Bulak Setra didominasi oleh <em>Scyphiphora hydrophyllacea</em> dari 8 spesies lain yang ditemukan dengan Indeks Nilai Penting (INP) 94,41%, sedangkan di Batu Karas didominasi oleh <em>Avicennia alba</em> dari 8 spesies lain yang ditemukan dengan INP 157%. Nilai rata-rata parameter kualitas air di Bulak Setra dan Batu Karas berturut-turut yaitu suhu 30<sup>o</sup>C dan 29,41<sup>o</sup>C, salinitas 5,56 psu dan 27,23 psu, pH 7,48 dan 6,86 serta konsentrasi <em>Dissolved Oxygen</em> (DO) 5,2 dan 6,5 mg/L. Makrozoobentos didominasi oleh kelas <em>G</em><em>astropoda</em>. Faktor sosial ekonomi masyarakat juga disajikan sebagai informasi sumber daya manusia yang akan berperan menjadi komponen pembangunan pengelolaan pesisir. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi awal dalam pengelolaan perencanaan wilayah pesisir di Bulak Setra dan Batu Karas.<strong></strong></p><p><strong>Kata kunci</strong>: bentik, intertidal, mangrove</p>


2019 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 929
Author(s):  
Marianus Filipe Logo ◽  
N M. R. R. Cahya Perbani ◽  
Bayu Priyono

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan penghasil rumput laut kappaphycus alvarezii kedua terbesar di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2016). Oleh karena itu diperlukan zonasi daerah potensial budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii untuk pengembangan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah yang potensial untuk budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii di Provinsi NTT berdasarkan parameter sea surface temperature (SST), salinitas, kedalaman, arus, dissolved oxygen (DO), nitrat, fosfat, klorofil-a, dan muara sungai. Penentuan kesesuaian lokasi budidaya dilakukan dengan memberikan bobot dan skor bagi setiap parameter untuk budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii menggunakan sistem informasi geografis melalui overlay peta tematik setiap parameter. Dari penelitian ini diperoleh bahwa kadar nitrat, arus, kedalaman, dan lokasi muara sungai menjadi parameter penentu utama. Jarak maksimum dari bibir pantai adalah sekitar 10 km. Potensial budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii ditemukan di Pulau Flores bagian barat, kepulauan di Kabupaten Flores Timur dan Alor, selatan Pulau Sumba, Pulau Rote, dan Teluk Kupang.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document